Laporan
Praktikum Dasar Teknologi Hasil Ternak
"Pembuatan
Bakso"
Oleh :
KELOMPOK VIII
NAMA : MANTO
STAMBUK : L1A1 13 148
Kelas : C
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS
HALU OLEO
KENDARI
2014
I.
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Daging merupakan salah satu bahan
pangan hewani yang dibutuhkan bagi kelangsungan hidup manusia karena kaya akan
protein dan asam amino lengkap yang diperlukan oleh tubuh. Daging didefinisikan
sebagai semua jaringan hewan dan semua produk hasil pengolahan
jaringan-jaringan tersebut yang sesuai untuk dimakan serta tidak menimbulkan
gangguan kesehatan bagi yang memakannya. Organ-organ misalnya hati, ginjal,
otak, paru-paru, jantung, limpa, pankreas, dan jaringan otot termasuk dalam
definisi ini (Soeparno, 2005)
Bakso
merupakan salah satu produk olahan yng sangat populer. Banyak orang yang
menyukainya dari anak-anak sampai dewasa. Bakso tidak hanya dalam sajian bakso
atau mie ayam saja, akan tetapi bakso juga dapat disajikan sebagai bahan
campuran dalam beragam masakan lainnya, misalnya dalam nasi goreng, mie goreng
dan aneka masakan gorengan lainnya.
Bakso
merupakan produk olahan daging dimana daaging tersebut telah diolah terlebih
dahulu dan di campur oleh bumbu-bumbu dan kemudian dibuat seperti bola-bola
kecil dan di rebus dalam air mendidih. Secara tekbnis, pengolahan bakso sangat
mudah dan dilakukan oleh siapa saja. Bila ditinjau dari kecukupan gizi
masyarakat, bakso dapat digunakan sebagai sarana yang tepat kerna bernilai gizi
tinggi dan disukai oleh semua lapisan masyarakat (Widyaningsih dan wartini,
2006)
Bahan lain
yang dibutuhkan dalam pembuatan bakso antara lain tapiokauntuk menghasilkan
bakso yang bernilai cita rasa tinggi jumlah tepung yang digunakan paling banyak
15 % dari berat daging. Idealnya, tepung tapioka yang ditambahkan
sebanyak 10 % dari berat daging memnag sering dijumpai terutama yang dijajahkan
di jalanan. Bakso yang tentunya mencapai 30%-40% dari berat dagng. Bakso
seperti ini diduga rasa dan mutunya kurang bagus (Wibowo, 2006)
Meskipun bakso
sangat bermasyarakat akan tetapi pengetahuan tentang bakso itu sendiri masih
sangat kurang. Dengan demikian, sangat penting kiranya untuk kita melakukan
praktikum Pembuatan bakso.
B.
Tujuan dan
manfaat
Praktikum ini bertujuan untuk
mengetahui cara pembuatan dan pengolahan produk olahan daging dalam bentuk
bakso.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Daging
Daging ialah bagian
lunak pada hewan yang terbungkus kulit dan melekat pada tulangyang menjadi bahan makanan. Daging tersusun sebagian besar dari jaringan otot, ditambah dengan lemak yang melekat padanya, urat, serta tulang rawan. Daging sapi adalah daging yang diperoleh dari sapi yang
biasa dan umum digunakan untuk keperluan konsumsi makanan (Wikipedia, 2013).
Daging adalah salah satu dari produk
pangan yang mudah rusak disebabkan daging kaya zat yang mengandung nitrogen,
mineral, karbohidrat, dan kadar air yang tinggi serta pH yang dibutuhkan
mikroorganisme perusak dan pembusuk untuk pertumbuhannya (komariah, 2004).
Organ-organ misalnya hati, ginjal, otak, paru-paru, jantung, limpa, pancreas,
dan jaringan otot termasuk dalam definisi ini (Soeparno, 2005).
Daging merupakan semua jaringan
hewan dan semua produk hasil pengolahan jaringan-jaringan tersebut yang sesuai
untuk dimakan serta tidak menimbulkan gangguan kesehatan bagi yang memakannya.
Daging dapat diolah dengan caradimasak, digoreng, dipanggang, disate, diasap,
atau diolah menjadi produk lain yang menarik, antara lain daging korned, sosis,
dendeng dan abon (Soeparno, 2005).
Banyak hal yang dapat mempengaruhi
kualitas daging baik ketika pemeliharaan ataupun ketika pengolahan. Faktor yang
dapat mempengaruhi penampilan daging selama proses sebelum pemotongan adalah
perlakuan transportasi dan istirahat yang dapat menentukan tingkat cekaman
(stress) pada ternak yang pada akhirnya akan menentukan kualitas daging yang
dihasilkan (Sayuti, 2006).
Daging menurut SNI-01-3947-1995
adalah urat daging yang melekat pada kerangka kecuali urat daging dari bagian
bibir, hidung dan telinga yang berasal dari hewan sehat pada saat dipotong
(Dewan Standarisasi Nasional, 1995). Daging didefinisikan sebagai daging mentah
atau flesh dari hewan yang digunakan
sebagai makanan. Buckle et al. (1987)
menyatakan bahwa daging merupakan bagan pangan yang mudah rusak oleh
mikroorganisme karena ketersediaan gizi di dalamnya yang sangat mendukung untuk
pertumbuhan mikroorganisme, terutama mikroba perusak.
Menurut Elveira (1988), daging sapi
yang biasa digunakan untuk membuat bakso adalah daging penutup (top side), gandik (silver side), dan lemusir (cube
roll). Penggunaan daging gandik menyebabkan bakso mempunyai kadar protein,
daya iris (shear WB), kecerahan dan
kemerahan tertinggi, serta kadar lemak terendah (Indarmono, 1987).
Daging
adalah daging hewan yang digunakan sebagai makanan. Daging didefinisikan
sebagai semua jaringan hewan dan semua produk hasil pengolahan
jaringan-jaringan tersebut yang sesuai untuk dimakan serta tidak menimbulkan
gangguan kesehatan bagi yang memakannya. Otot merupakan komponen utama penyusun
daging, otot hewan berubah menjadi daging setelah pemotongan karena fungsi
fisiologisnya telah terhenti. Faktor yang mempengaruhi kondisi ternak sebelum
pemotongan akan mempengaruhi tingkat konversi otot menjadi daging dan juga
kualitas daging yang dihasilkan (Anonim, 2010).
Daging
tersusun dari jaringan ikat, epitelial, jaringan-jaringan saraf, pembuluh darah
dan lemak. Jumlah jaringan ikat berbeda diantara otot, jaringan ikat
berhubungan dengan kealotan daging. Otot skeletal merupakan sumber utama
jaringan otot daging. Otot skeletal mengandung sekitar 75 % air dengan kisaran
68-80%, protein sekitar 19%, substansi-substansi non protein yang larut 3.5 %
serta lemak sekitar 2.5 % (Anonim, 2010).
B.
Bakso
Bakso adalah
produk daging yang banyak dikonsumsi dan sangat populer di kalangan masyarakat.
Menurut Standar Nasional Indonesia (1995) dalam Astiti (2008), bakso daging
adalah produk makanan yang berbentuk bulat atau lainnya yang diperoleh dari
campuran daging ternak (kadar daging tidak kurang dari 50%) dan pati (serealia)
dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain, serta bahan makanan yang
diijinkan. Kualitas bakso sangat ditentukan oleh kualitas bahan mentahnya
terutama jenis dan mutu daging, macam tepung yang digunakan serta
perbandingannya di dalam adonan (Astiti, 2008).
Bakso adalah salah satu makanan
olahan yang berasal dari daging. ada beberapa bumbu yanga biasa dimasukkan
kedalam adonan bakso agar rasa bakso lebih enak diantaranya adalah bawang
putih. Selain untuk menambah kelezatan bakso biasanya pembuat bakso juga
menambahkan zat kimia untuk mengawetkan dan memperindah bakso. Menurut Tarwiyal
(2001) bakso yang bermutu bagus dapat dibuat tanpa penambahan bahan kimia apapun.
Tapi pada kenyataanya banyak pembuat bakso yang menambahkan zat kimia pada
baksonya. Menurut Wibowo (2006) Beberapa pedagang baso sering menggunakanbahan
tambahan pada produknya, seperti bahan pemutih, bahan pengawet, boraks,fosfat
(STPP), dan tawas.
Tekstur bakso ditentukan oleh
kandungan air, kadar lemak, dan jenis karbohidrat. Tekstur yang didapat dari
semua bakso ini yaitu agak halus. Hal ini dapat disebabkan pencampuran kacang
yang tidak ditumbuk dengan halus pada bakso kacang, kentang yang tidak halus
pada bakso kentang dan penambahan ebi serta jamur pada bakso jambi. Kandungan
air yang tinggi akan menghasilkan bakso dengan tekstur yang lembek, begitu juga
dengan kadar lemak yang tinggi akan menghasilkan bakso dengan tekstur yang
berlubang-lubang (Octavianie, 2002). Bahan-bahan bakso terdiri dari bahan utama
dan bahan tambahan. Bahan utama bakso adala daging, sedangkan bahan tambahan
baks adalah bahan pengisi, garam, es atau air es, bumbu-bumbu seperti lada,
serta bahan penyedap (Sunarlim, 1992).
C.
Bumbu-Bumbu
Bakso adalah campuran homogen
daging, tepung pati dan bumbu yang telah mengalami proses ekstrusi dan
pemasakan. Cara pembutan bakso tidak sulit. Daging digiling halus dan dicampur
dengan tepung dan bumbu didalam alat pencampur khusu sehingga bahan tercampur
menjadi bahan pasta yang sangat rata dan halus. Setelah itu, pasta dicetak
berbentuk bulat dan direbus sampai matang. Bakso yang bermutu bgus dapat dibuat
tanpa penambahan bahan kimia apapun (dept. Bidang pendayagunaan dan
pemasyarakatan ilmu pengetahuan dan teknologi,2007)
Bakso daging
digolongkan mejadi 3 kelompok yaitu bakso daging, bakso urat dan bakso aci.
Penggolongan itu dilakukan berdasarkan perbandingan jumlah daging dan tepung
yang digunakan untuk membuat bakso. Bakso daging dibuat dengan dengan
menggunakan bahan dasar tepung, pati dan daging dengan jumlah yang lebih besar,
bakso aci dibuat degan menggunakan pati dengan jumlah yang lebih besar
dibandingkan dengan daging yang digunakan. Bakso urat dengan mrnggunakan daging
dengan kandungan jaringan ikat dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan
jumlah pati (Ngudiwaluyo dan suhargito, 2003)
III. METODE PRAKTIKUM
A.
Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 12 Oktober 2014
mulai pukul 13.00 WITA sampai selesai, bertempat di Laboratorium Genetika Ternak
Jurusan Peternakan Fakultas Peternakan
Universitas Halu Oleo, Kendari.
B.
Alat dan
Bahan
Alat yang
digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel
1. Alat dan Kegunaan yang digunakan pada praktikum
pembuatan bakso.
Alat
|
Fungsi dan Kegunaan
|
Pisau
|
Sebagai alat untuk memotong
|
Grinder/meat chopper
|
Untuk menggiling daging.
|
Sendok
|
Untuk menyendok adonan.
|
Timbangan
|
Untuk meninmbang bahan-bahan.
|
Panci
|
Untuk memasak bakso.
|
Baskom
|
Untuk menyimpan adonan bakso.
|
Kompor
|
Untuk Memanaskan
|
Bahan yang digunakan pada praktikum
ini dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Bahan dan
kegunaan yang digunakan pada praktikum pembuatan bakso.
Bahan
|
Fungsi dan Kegunaan
|
Daging segar
Tepung topioka
Garam
Gula
Merica
Pala
MSG
Es batu
|
Bahan pembuatan bakso
Campuran bahan pembuatan bakso
Bahan tambahan pembuatan bakso
Bahan tambahan pembuatan bakso
Bahan tambahan pembuatan bakso
Bahan tambahan pembuatan bakso
Bahan tambahan pembuatan bakso
Bahan
tambahan pembuatan bakso
|
C. Prosedur Praktikum
1.
Membersihkan
daging dari lemak yang menempel, cuci bersih, tiriskan dan timbang.
2.
Mengiris
daging dengan ukuran 2 x 2 x 2 cm3 kemudian menggiling.
3.
Menambahkan
tepung tapioka 30 – 40 % gula, merica dan pala masing – masing 0,1 – 0,2 %
serta es batu 20% terhadap berat daging yang digiling. Tambahkan MSG
secukupnya.
4.
Melakukan
penggilingan lagi untuk memperoleh emulsi/adonan yang baik (partikel halus dan homogen).
5.
Mencetak
emulsi/adonan membentuk bulat dengan diameter sekitar 3 cm.
6.
Merebus
dalam air bersuhu 70 - 800 C selama sekitar 15 menit, jika bakso
sudah mengapung dipermukaan air rebusan berarti sudah matang.
IV. HASIL DAN
PEMBAHASAN
Dari hasil
praktikum pembuatan bakso dan diuji sensorik terbagi menjadi empat kategori
yaitu kategori warna, keempukan, tekstur, dan rasa. Adapun perbandingan uji
sensorik dari kelompok V, VI, VII dan VIII. Dapat di lihat pada tabel berikut
:
Tabel 3. Hasil uji sensorik pembuatan
bakso
Kelompok
|
Warna
|
Keempukan
|
Tekstur
|
Rasa
|
V
VI
VII
VIII
|
2
3
3
2
|
3
3
3
3
|
2
3
2
2
|
2
3
2
2
|
Sumber: Data Hasil Praktikum
Teknologi Hasil Ternak, 2014
Berdasarkan hasil dari tabel 1. uji
sensorik pembuatan bakso antara kelompok V, VI, VII dan VIII, hasilnya tidak
terlalu jauh berbeda, hanya saja hasil dari kelompok enam lebih bagus baik dari segi warna, keempukan,
tekstur maupun rasanya, Hal ini terjadi dikarenakan adanya perbedaan pada
pemberian bahan dan bumbu yang digunakan, sesuai pendapat Elinda (2007), semua
zat makanan yang digoreng akan menyumbangkan zat – zat seperti gula, pati dan
protein, zat – zat yang terekstrak dari makanan akan mengalami warna
pencoklatan sendiri atau bereaksi dengan minyak yang menyebabkan minyak menjadi
gelap.
Pada
uji intensitas sensorik terhadap uji warna menunjukan warna yang berbeda-beda ada
warnanya bagus (kecoklatan), dan ada warna yang kurang bagus (coklat keputian).
Hal ini terjadi dikarenakan jenis daging yang digunakan ada daging yang msih
segar dan daging yang sudah di dinginkan serta ukuran tepung yang di gunakan
masing-masing kelompok berbeda-beda ada yang 150 gr, 200 gr, 250 gr dan 300 gr.
Pada
uji intensitas sensorik terhadap uji keempukan dari keempat kelompok menunjukan keempukan bakso sama yaitu bagus. Hal ini terjadi di karenakan waktu pemasakan yang bagus, menurut pendapat
Syamsir (2011) yang menyatakan bahwa pemasakan dapat meningkatkan atau
menurunkan keempukan daging, tergantung pada suhu dan waktu pemasakan. Sedangkan menurut (Soekarto, 1990),
kekenyalan adalah kemampuan produk pangan untuk pecah akibat gaya tekan.
Kekenyalan/keempukan terbentuk sewaktu pemasakan, dimana protein akan mengalami
denaturasi dan molekul-molekulnya mengembang.
Pada uji intensitas sensorik
terhadap uji tekstur hasil bakso dari masing-masing kelompok berbeda-beda, ada
yang tekstur yang kasar dan ada yang juga yang tukstur sedikit kasar, hal ini
dipengaruhi oleh pemberian ukuran tepung kanji yang berbeda-beda serta penambahan
air dan es yang tidak sama takarannya
pada saat penggilingan daging. Hal ini sesuai pendapat Farhan (2008) yang menyatakan
bahwa tekstur dan keempukan pada daging bakso dipengaruhi oleh kandungan
airnya. Penambahan air pada adonan bakso diberikan dalam bentuk es batu atau
air es supaya suhu adonan selama penggilingan tetap rendah.
Pada uji intensitas sensorik terhadap
uji rasa menunjukan rasa yang berbeda dari masing-masing kelompok, ada yang
rasanya bagus dan ada juga rasa yang kurang bagus, hal ini dikarenakan
pemberian bumbu dengan konsentrasi yang berbeda, serta pada saat pencampuran
adonan tidak merata. (Cross dan Overby, 1988) menyatakan bahwa bumbu merupakan
salah satu faktor yang mendukung keberhasilan pembuatan bakso dan berfungsi
memperbaiki atau memodifikasi rasa serta daya simpan produk olahan daging.
Penambahan bumbu ini berfungsi untuk meningkatkan nilai cita rasa dan aroma
pada bakso.
Pada proses pembuatan bakso yang
paling penting adalah proses pencampuran bahan. Untuk pencampuran bahan ini
ditambahkan es. Penggunaan es sebanyak 10 – 15% dari berat daging atau bahkan
30% dari berat daging (Palupi, 1986).
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Bakso adalah
salah satu makanan olahan yang berasal dari daging.
2.
Pembuatan
bakso pada prinsipnya terdiri dari 4 tahap yaitu penggilingan daging, pembuatan
adonan, pencetakan dan pemasakan.
B.
Saran
Sebaiknya dalam melaksanakan
praktikum alat dan bahan praktikum diadakan agar praktikan tidak susah mencari
alat dan bahan ketika akan praktikum.
Dalam
pembuatan bakso untuk selanjutnya perluh kita memperhatikan bumbu-bumbu pada
bakso tersebut , supaya bakso tidak kekurangan dalam cita rasa .
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim, 2010. Konsumsi Daging Masyarakat. Jurusan Teknologi Pangandan Gizi IPB. Bogor.
Astiti,
2008. Pembuatan Daging Bakso. (Online).
(http:// Fatimah_Astiti. blogspot.com. Diakses pada hari Kamis 19 September 2013).
Buckle, K.
A., R. A. Edwards, G. H. Fleet dan M.
Wootton. 1987. Ilmu Pangan Terjemahan: H. Purnomo dan Adiono. Universitas
Indonesia Press, Jakarta.
Cross, H. R.
and A. J. Overby. 1988. Meat Science and Technology In Old Animal Science.
Elsevier Publishing Company Inc., New York.
Dewan
Standardisasi Nasional, 1995. SNI 01-3818, Bakso Daging. Dewan Standardisasi
Nasional, Jakarta.
Elinda, Y.
2007. Produksi Keripik Daging dengan Perlakuan Jenis Tepung yang Digoreng
Vakum. Sekolah Pasca Sarjana.
Elveira, G.
1988. Pengaruh pelayuan daging sapi terhadap mutu bakso sapi. Skripsi. Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Farhan,
2008. Bakso Daging. Jurusan
Teknologi Pangandan Gizi IPB. Bogor.
Indarmono,
T. P. 1987. Pengaruh lama pelayuan dan jenis daging karkas serta jumlah es yang
ditambahkan ke dalam adonan fisikokimia bakso sapi. Skripsi. Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Komariah, I.
I. Arief, & Y. Wiguna. 2004. Kualitas Fisik dan Mikroba Daging Sapi yang
Ditambah Jahe (Zingiber officinale Roscoe) pada Konsentrasi dan Lama
Penyimpanan yang Berbeda. Media Peternakan. 27(2): 46-54
Octavianie,
Y. 2002. Kandungan Gizi dan Palatabilitas bakso Campuran Daging dan Jantung
Sapi. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Purnomo, H.
1990. Kajian mutu bakso daging, bakso urat dan bakso aci di Bogor. Skripsi.
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Soekarto, S.
T. 1990. Dasar-Dasar Pengawasan dan Standarisasi Mutu Pangan. IPB Press, Bogor.
Soeparno,
2005. Ilmu dan Teknologi Daging Cetakan Keempat. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Sunarlin, R.
1992. Karakteristik mutu bakso daging sapid an pengaruh penambahan natrium
klorida asam laktat dan natrium tipolofosfat terhadap perbaikan mutu. Disertasi
Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Syamsir, E. 2011. Mutu
Daging. (Online). (http://elvirasyamsir.staff.ipb.ac.id/
karakteristik-mutu-daging/. Diakses pada hari kamis 19
September 2013).
Wikipedia, 2013.
Daging Sapi. (Online). (http://id.wikipedia.org/wiki/Daging_ sapi Diakses Pada Hari Senin 13 Oktober
2014.
Wikipedia, 2013.
Daging. (Online). (http://id.wikipedia.org/wiki/Daging Diakses Pada Hari Senin 13 Oktober
2014.
Wibowo,
Singgih. 2006. Pembuatan Bakso Ikan dan Bakso Daging . PenebarSwadaya. Jakarta.
Widiyaningsih,
T. D dan E. S murtini. 2006. Alternatif pengganti formalin pada produk pangan.
Trubus agrisarana. Surabaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar