Selasa, 29 September 2015

LAPORAN MIKROBIOLOGI

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR
(IDENTIFIKASI MIKROBA PADA CAIRAN RUMEN)

OLEH :
                                                NAMA           : MANTO
    STAMBUK    : L1A1 13 148
                                                 KELAS         : C

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2014

1.   PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
        Isi rumen pada hakekatnya adalah bahan bahan makanan yang terdapat dalam rumen sapi. Kategori limbah ini terjadi ketika ternak tersebut siap di potong di RPH Rumah Pemotngan Hewan. Isi rumen merupakan digesta yang telah sempat terfermentasikan tapi belum sempurna dan belum sempat dimanfaatkan oleh ternak induk semang. Rumen dapat di manfaatkan sebagai sumber pakan ternak dan sumber mikrobia karena mengandung karbohidrat, serat kasar, dan protein kasar. Adanya protein menunjukan adanya mikrobia dalam rumen dan berpotensi untuk memperbaiki kualitas                                              pakan.
       Cairan rumen merupakan lingkungan yang baik bagi pertumbuhan mikrobia, di duga 10% bobot cairan rumen terdiri atas protoplasma mikrobia. Mikroba rumen kehidupannya di pengaruhi oleh keadaan sekitarnya. Suhu rumen berkisar antara 39-40 C dengan PH 5,5 – 7 memberikan kehidupan optimal bagi mikroba dalam rumen.
        Mikrobia selulolitik sesuai dengan namanya mampu memecah selulosa. Enzim selulase yang dihasilkan dapat memecah ikatan 3-1-4-glikosidik pada selulosa. Hijauan yang mengandung selulosa dan hemiselulosa dicerna oleh enzim yang dihasilkan mikrobia di dalam rumen sampai sebanyak 50% sampai 80% (Kamal, 1999).


A. Rumusan Masalah
        Rumusan masalah dalam praktikum ini adalah bagaiman pertumbuhan mikroorganisme cairan rumen sapi yang di biakan pada media kultur?
B.  Tujuan
            Tujuan yang ingin di capai dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan mikroorganisme pada cairan rumen sapi yang di biakan pada media kultur.
C. Manfaat
  Manfaat dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan mikroorganisme cairan rumen sapi yang di biakan pada media kultur.







II. TINJAUAN PUSTAKA
            Perut hewan ruminansia terdiri atas rumen, reticulum, omasum dan abomasum. Volume rumen  pada ternak sapi dapat mencapai 100 liter atau lebih dan untuk domba berkisar 10 liter (Putnam, 1991)
     Cairan rumen merupakan limbah yang diperoleh dari rumah potong hewan yang dapat mencemari lingkungan apabila tidak ditangani dengan baik. Bagian cair dari isi rumen kaya akan protein, vitamin B kompleks serta mengandung enzim-enzim hasil sintesa mikroba rumen  (Gohl, 1981 ).
     Sterilisasi adalah proses pemanasan yang dilakukan untuk mematikan semua bentuk organisme (Purnawijayanti, 2001). Suatu benda yang steril, dipandang dari sudutmikrobiologi, artinya bebas dari mikroorganisme hidup yang tidak diinginkan. Suatu bendaatau substansi hanya dapat steril atau tidak sreril tidak akan mungkin setengah steril atauhampir steril (Pelozar, 1988). Sedangkan menurut Fardiaz, sterilisasi yaitu suatu prosesuntuk membunuh semua jasad renik yang ada, sehingga jika ditumbuhkan didalam suatumedium tidak ada lagi jasad renik yang dapat berkembang biak (Fardiaz, 1992).Peranan sterilisasi pada bidang mikrobiologi diantaranya adalah untuk mencegah pencemaran organisme luar, untuk mempertahankan keadaan aseptis, sedangkan pada pembuatan makanan dan obat-obatan, sterilisasi berfungsi untuk menjamin keamananterhadap pencemaran oleh mikroorganisme (Gupte, 1990).
           
III.  M ETODOLOGI PRAKTIKUM
A.    Waktu Dan Tempat
        Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum mikrobiologi dilaksanakan pada hari minggu, 18 Mei 2014 pada jam 09.11.00 WITA.Bertempat di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak.
B.     Materi Praktikum
 Alat  yang digunakan pada  praktikum ini  adalah autoclaf  berfungsi untuk sterilisasi basa, lemari flow cabinet berfungsi untuk sterilisasi kering,  Tabung reaksi, berfungsi untuk menampung larutan dalam jumlah yang sedikit, Cawan petri,berfungsi sebagai tempat peletakan objek yang diamatia atau untuk membiakkan (kultivasi) mikroorganisme, hotplate berfungsi untuk memenaskan larutan, Tabung erlenmeyer berfungsi sebagai Menyimpan dan memanaskan larutan dan menampung filtrate hasil penyaringan,Magnetik stier berfungsi sebagai batang pengaduk, Lidi,berfungsi untuk mengaduk larutan.
            Bahan  yang  digunakan  pada   praktikum  ini adalah 200ml Aquades kegunaannya sebagai pelarut campuran,1 cairan rumen,kegunaannya sebagai bahan utama dalam pelarut campuran,2 gram Nutrien agar-agar kegunaanya sebagai bahan utama, aluminium foil kegunaanya sebagai pengisolasi objek amatan.


C.    Prosedur kerja
1.      Sterilisasi alat
a.       Sterisasi kering
Lemari  flow kabinet
 



-       Di siapkan
-     Di hidupkan
-   
LFC beroperasi
Peralatan yang akan di sterilkan di masukkan



-          Sterilisasi selama ± 15 menit

-          Alat di keluarkan
Alat steril
 










b.      Sterilisasi basa
Autoclaf
 



-   Di siapkan
-   Di isi air
-
Autoclaf beroperasi
  Peralatan yang akan di sterilkan dimsukkan
 
-   Sterilisasi selama ± 15 menit
-    Alat di keluarkan
Alat steril
 



2.     
Agar 2 gram + larutan aquades 200 ml
Pembuatan media kultur



-       Di campur pada labu Erlenmeyer
-       Di didihkan menggunakan hotplate
-       Di dinginkan sejenak
-       Di tuang ke cawan petri dan tabung reaksi
-       Di tutup rapat
-      
Media kultur
Di diamkan hingga beku

3.     
Media kultur
Pemindahan mikroba ke dalam media kultur



-       Di siapkan
-       Di masukkan substrat mikroba
-       Di tutp rapat
-       Simpan selama 24 jam
-      
Pengamatan mikroba
Di diamkan










IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Sterilisasi Alat
Sterilisasi adalah proses pemanasan yang dilakukan untuk mematikan semua bentuk organisme (Purnawijayanti, 2001). Suatu benda yang steril, dipandang dari sudutmikrobiologi, artinya bebas dari mikroorganisme hidup yang tidak diinginkan. Suatu bendaatau substansi hanya dapat steril atau tidak sreril tidak akan mungkin setengah steril atauhampir steril (Pelozar, 1988). Sedangkan menurut Fardiaz, sterilisasi yaitu suatu prosesuntuk membunuh semua jasad renik yang ada, sehingga jika ditumbuhkan didalam suatumedium tidak ada lagi jasad renik yang dapat berkembang biak (Fardiaz, 1992).Peranan sterilisasi pada bidang mikrobiologi diantaranya adalah untuk mencegah pencemaran organisme luar, untuk mempertahankan keadaan aseptis, sedangkan pada pembuatan makanan dan obat-obatan, sterilisasi berfungsi untuk menjamin keamananterhadap pencemaran oleh mikroorganisme (Gupte, 1990).
Sterilisasi dalam mikrobiologi adalah suatu proses untuk mematikan semuaorganisme yang terdapat pada atau didalam sutu benda. ketika melakukan pemindahan biakkan bakteri secara aseptik. Di dalam pengamatan tentang mikrobiologi, sterilisasimerupakan bagian yang sangat penting atau merupakan suatu keharusan, baik pada alatmaupun media. Hal ini penting karena jika alat atau media tidak steril, akan sulitmenentukan apakah mikroba merupakan akibat dari percobaan yang dilakukan ataumerupakan kontaminan. Bekerja di laboratorium mikrobiologi mengandung risiko yangtidak kecil. Setiap saat harus selalu berasumsi bahwa setiap mikroorganisme adalah potensial patogen dan harus berhati-hati agar tidak terinfeksi oleh bakteri tersebut.Sterilisasi ini sangat penting dilakukan untuk keselamatan kerja saat melakukan penelitianyang bersangkutan dengan mikrobiologi.
B.     Pembuatan media kultur
Untuk pembuatan media kultur ini pertama nutrien agar 2 gram di tambah dengan larutan aquades sebanyak 200 ml dicampur pada labu erlenmeyer, kemudian di didihkan menggunakan hotplate, setelah itu di dinginkan sejenak, selanjutnya di tuang ke cawan petri dan tabung reaksi, di tutu rapat, kemudian di diamkan hingga membeku, dapat di lihat pada gambar. 1
        
Gambar. 1

C.       Pertumbuhan mikroorganisme pada cairan rumen
          Untuk pertumbuhan mikroba pada cairan remen, sangat baik karena pada proses permentasi mikroba kondisi suhu dan tempatnya sangat mendukung sehingga pertumbuhan mikroba cairan rumen ini sangat baik.
Untuk pertumbuhan mikroba hari pertama bias di lihat pada gambar. 1, dan pertumbuhan mikroba hari ke tiga bias di lihat pada gambar. 2, serta untuk pertumbuhan mikroba hari ke enam bias di lihat pada gambar.3.
    
        
Gambar. 1
Gambar. 2

Gambar. 3
V. PENUTUP
 A. Kesimpulan
         Cairan rumen merupakan lingkungan yang baik bagi pertumbuhan mikrobia, di duga 10% bobot cairan rumen terdiri atas protoplasma mikrobia. Mikroba rumen kehidupannya di pengaruhi oleh keadaan sekitarnya.
          Sterilisasi adalah proses pemanasan yang dilakukan untuk mematikan semua bentuk organisme (Purnawijayanti, 2001). Suatu benda yang steril, dipandang dari sudutmikrobiologi, artinya bebas dari mikroorganisme hidup yang tidak diinginkan. Suatu bendaatau substansi hanya dapat steril atau tidak sreril tidak akan mungkin setengah steril atauhampir steril (Pelozar, 1988).
           Untuk pembuatan media kultur ini pertama nutrien agar 2 gram di tambah dengan larutan aquades sebanyak 200 ml dicampur pada labu erlenmeyer, kemudian di didihkan menggunakan hotplate, setelah itu di dinginkan sejenak, selanjutnya di tuang ke cawan petri dan tabung reaksi, di tutu rapat, kemudian di diamkan hingga membeku.
B.     Saran
           Sebaiknya dalam praktikum, praktikan harus di libatkan langsung dalam percobaan agar praktikan bisa mengetahui cara pembuatan media kultur secara langsung bukan hanya melihat saja.

DAFTAR PUSTAKA
Fardiaz, 1992. Comparative Anatomy of the Vertebrates. 9rd. McGraw-Hill   Higher International.Edition Biological Science Series, Singapore.
Gupte, 1990.. Pencernaan Mikrobia pada Ruminansia. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Gohl, 1981. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi IV. Gadjah Mada University, Yogyakarta.
Kamal, 1999 .peran Mikroba pada Ruminansia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Pelozar, 1988. Zoologi . Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi antar Universitas Ilmu Hayat IPB. Bogor .
Purnawijayanti, 2001. Anatomy and Physiology of Farm Animals. 6rd. Lippicont Williams and Wilkins, Philadelpia.
Putnam, 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.




BUDIDAYA AYAM KAMPUNG PEDAGING

            MAKALAH
“BUDIDAYA AYAM KAMPUNG PEDAGING”


                       OLEH :
          MANTO
        L1A113148

PROGRAM STUDI PETERNAKAN
JURUSAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2013




KATA PENGANTAR

        Assalamualaikum wr. Wb
             Pertama-tama, marilah kita mengucapkan syukur pada Allah SWT yang telah memberi rahmat kepada kita berupa kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tanpa halangan apa pun.
            Kami mengharap makalah ini dapat memberikan sedikit pengetahuan bagi kita semua.Dan ucapan terima kasih kepada pembimbing kami karena telah mengarahkan kami pada hal-hal yang positif.
Kami sebagai penyusun makalah ini menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.oleh karena itu, kritik dan saran yang ada relevansinya dengan penyempurnaan makalah ini sangat kami harapkan dari pembaca. Kritik dan saran sekecil apapun akan kami perhatikan dan pertimbangkan guna perbaikan di masa yang datang.
         Wassalamualaikum wr. wb


Kendari, 19 Desember 2013
                                                                                                Penyusun,


                                                                                                                    MANTO              

                                                                    ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
    A.    Latar Belakang....................................................................................... 1
B.     Tujuan .................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
Budidaya ayam kampung pedaging.............................................................. 3
     A. Bibit......................................................................................................... 3
     B. Pakan....................................................................................................3
     C. Perkandangan.......................................................................................4
     D. Manajemen pemeliharaan....................................................................5
      E. Menjaga kesehatan..............................................................................6
      F. Macam-macam penyakit......................................................................8
      G. Melakukan pemanenan........................................................................9         
      H. Pemasaran............................................................................................10
BAB III PENUTUP
     A.    Kesimpulan.........................................................................................11
B.    Saran ..................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................13
                                                                   BAB I
PENDAHULUAN


A.  Latar Belakang
Beternak ayam kampung banyak ditekuni masyarakat sejak jaman dulu karena ayam kampung rasanya lebih enak dibanding ayam ras dan mempunyai nilai ekonomi yang cendrung naik, memasarkannyapun lebih mudah karena banyak pembeli yang biasa datang langsung ke rumah-rumah yang memelihara ayam kampung.
Perawatan Ayam kampung atau ayam buras (bukan ras) tergolong mudah, daya tahan hidupnya cukup tinggi, adaptasi dengan lingkungan dan makanan mudah serta banyak digemari masyarakat karena baik daging maupun telurnya memiliki cita rasa yang lebih disukai dibandingkan ayam ras.
Secara umum, ayam kampung masih banyak dipelihara secara ekstensif-tradisional atau umbaran walaupun sudah ada beberapa peternak yang membudidayakannya secara intensif, namun jumlahnya masih sedikit. Hal ini dapat dilihat dari jumlah populasi ayam kampung yang jumlahnya lebih sedikit bila dibandingkan ayam ras baik secara nasional maupun yang ada di daerah Kabupaten Bogor.
Menurut data Badan Pusat Statistik, pada tahun 2010 populasi ayam kampung atau ayam buras nasional baru mencapai 268.957.000 ekor , sementara populasi ayam ras sudah mencapai 1.249.952.000 ekor . Untuk di kabupaten Bogor, dinas peternakan provinsi Jawa Barat pada tahun 2010 mencatat populasi ayam kampung baru mencapai 1.318.299 ekor , sementara ayam ras sudah mencapai 15.771.780 ekor.
Rendahnya tingkat produksi ayam kampung disebabkan oleh beberapa faktor seperti tingkat pertumbuhannya yang relatif lebih lambat bila dibandingkan dengan ayam ras, terbatasnya manajemen pemeliharaan dan tingginya variasi genetik pada ayam kampung itu sendiri sehingga masih banyak peternak yang kurang membudidayakannya terutama untuk penghasil daging dan telur. Padahal, bila ayam kampung ini dibudidayakan secara intensif dengan pemberian pakan yang baik dan teratur, pertumbuhan ayam jauh lebih cepat dibandingkan dengan pola pemeliharaan ala kadarnya atau umbaran.
Oleh karena itu, dengan pemeliharaan yang intensif, pemberian pakan dan vaksin secara teratur serta menjaga kebersihan kandang maupun lingkungan sekitarnya, pertumbuhan ayam kampung pedaging akan lebih cepat. Atas dasar itu, beternak ayam kampung pedaging merupakan suatu peluang usaha yang cukup menjanjikan.
B.  Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
a.    Untuk memenuhi tugas Ilmu Dan Teknologi Produksi Ternak Unggas
b.    Untuk menambah pengetahuan tentang Budidaya Ayam Kampung Pedaging
C.  Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah:
a.     Bertambahnya pengetahuan tentang Budidaya Ayam Kampung Pedaging




















BAB II
PEMBAHASAN

Budidaya Ayam Kampung Pedaging
Mengubah sistem beternak ayam kampung dari sistem ekstensif ke sistem semi intensif atau intensif memang tidak mudah, apalagi cara beternak sistem tradisional (ekstensif) sudah mendarah daging di masyarakat kita. Akan tetapi, kalau dilihat nilai kemanfaatan dan hasil yang dicapai tentu akan menjadi faktor pendorong tersendiri untuk mencoba beternak dengan sistem intensif.
Untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam usaha beternak ayam kampung, maka perlu kiranya memperhatikan beberapa hal berikut :

A.  Bibit
Bibit mempunyai kontribusi sebesar 30% dalam keberhasilan suatu usaha peternakan. Bibit ayam kampung (DOC) dapat diperoleh dengan cara:
a.    Membeli DOC ayam kampung langsung dari pembibit
b.    Membeli telur tetas dan menetaskannya sendiri atau membeli indukan untuk menghasilkan telur tetas kemudian ditetaskan sendiri baik secara alami atau dengan bantuan mesin penetas.
Secara singkat DOC ayam kampung yang sehat dan baik mempunyai kriteria sebagai berikut :
a.    Dapat berdiri tegap
b.    Sehat dan tidak cacat
c.    Mata bersinar
d.   Bulu bersih dan mengkilap
e.    Tanggal menetas tidak lebih lambat atau cepat.

B.  Pakan
Kita ketahui bersama bahwa pakan mempunyai kontribusi sebesar 30% dalam keberhasilan suatu usaha. Pakan untuk ayam kampung pedaging sebenarnya sangat fleksibel dan tidak serumit kalau kita beternak ayam pedaging, petelur atau puyuh sekalipun. Bahan pakan yang bisa diberikan antara lain : konsentrat, dedak, jagung, pakan alternatif seperti sisa dapur atau warung, roti BS, mie instant remuk, bihun BS dan lain sebagainya, terpenting dalam menyusun atau memberikan ransum adalah kita tetap memperhatikan kebutuhan nutrisi ayam kampung yaitu protein kasar (PK) sebesar 12% dan energi metabolis (EM) sebesar 2500 Kkal/kg.
Jumlah pakan yang diberikan sesuai tingkatan umur adalah sebagai berikut :
a.    7 gram/per hari sampai umur 1 minggu
b.    19 gram/per hari sampai umur 2 minggu
c.    34 gram/per hari sampai umur 3 minggu
d.   47 gram/per hari sampai umur 4 minggu
e.    58 gram/per hari sampai umur 5 minggu
f.     66 gram/per hari sampai umur 6 minggu
g.    72 gram/per hari sampai umur 7 minggu
h.    74 gram/per hari sampai umur 8 minggu
Sedangkan air diberikan secara ad libitum (tak terbatas) dan pada tahap-tahap awal pemeliharaan perlu dicampur dengan vitamin+antibiotika.

C.  Perkandangan
Syarat kandang yang baik adalah sebagai berikut:
a.    Jarak kandang dengan permukiman minimal 5 m.
b.    Tidak lembab
c.    Sinar matahari pagi dapat masuk
d.   Sirkulasi udara cukup baik.
Sebaiknya memilih lokasi yang agak rindang dan terhalangi oleh bangunan atau tembok lain agar angin tidak berhembus langsung ke dalam kandang.
Penyucihamaan kandang dan peralatannya dilakukan secara teratur sebagai usaha biosecurity dengan menggunakan desinfektan yang tepat dan tidak membahayakan bagi ternak itu sendiri. Banyak pilihan jenis desinfektan yang ditawarkan oleh berbagai produsen pembuatan obat.
Hal yang perlu diperhatikan dalam perkandangan adalah sebagai berikut:
a)    Ukuran kandang
Tidak ada ukuran standar kandang yang ideal, akan tetapi ada anjuran sebaiknya lebar kandang antara 4-8 m dan panjang kandang tidak lebih dari 70 m.
Adapun yang perlu mendapat perhatian adalah daya tampung atau kapasitas kandang. Tiap meter persegi sebaiknya diisi antara 45-55 ekor DOC ayam kampung sampai umur 2 minggu, kemudian jumlahnya dikurangi sesuai dengan bertambahnya umur ayam.

b)   Bentuk kandang
Untuk bentuk kandang dianjurkan adalah bentuk postal dengan lantai yang dilapisi litter yang terdiri dari campuran sekam, serbuk gergaji dan kapur setebal ± 15 cm. Model atap monitor yang terdiri dari dua sisi dengan bagian puncaknya ada lubang sebagai ventilasi dan bahan atap menggunakan genteng atau asbes.
Pemeliharaan ayam kampung di bagi dalam dua fase yaitu fase starter (umur 1-4 minggu) dan fase finisher (umur 5-8 minggu).
Pada fase starter biasanya digunakan kandang bok (dengan pemanas) bisa bok khusus atau juga kandang postal yang diberi pagar. Suhu dalam kandang bok biasanya berkisar antara 30-32°C.
Pada fase finisher digunakan kandang ren atau postal seperti model pemeliharaan ayam broiler

D.  Manajemen Pemeliharaan
Manajemen atau tatalaksana pemeliharaan memegang peranan tertinggi dalam keberhasilan suatu usaha peternakan yaitu sekitar 40%. Bibit berkualitas serta pakan yang berkualitas belum tentu memberikan jaminan keberhasilan suatu usaha apabila manajemen pemeliharaan yang diterapkan tidak tepat. Sistem pemeliharaan pada ayam kampung bisa dilakukan dengan 3 cara yaitu :
a.    Ekstensif  atau tradisional (diumbar), tanpa ada kontrol pakan dan kesehatan
b.    Semi intensif (disediakan kandang dengan halaman berpagar), ada kontrol pakan dan kesehatan ternak akan tetapi tidak ketat
c.    Intensif (dikandangkan seperti ayam ras), ada kontrol pakan dan kesehatan dengan ketat. Model pemeliharaan ayam kampung secara intensif lebih disarankan dari yang lainnya terutama dalam hal kontrol penyakit.

E.  Menjaga Kesehatan
Menjaga kesehatan ayam kampung dapat dilakukan dengan cara melakukan pencegahan terhadap ayam agar tetap sehat dan mengobati ayam apabila terserang penyakit. Pencegahan terhadap penyakit ayam kampung dapat dilakukan dengan cara sanitasi, isolasi dan vaksinasi.

1.    Sanitasi
Sanitasi merupakan kegiatan usaha penjagaan kesehatan melalui kebersihan. Sanitasi kandang,  peralatan dan lingkungannya bertujuan agar kandang dan peralatan  tetap bersih,  bebas  hama, mencegah penyakit yang  mungkin ditimbulkan  dari pemeliharaan pada  periode sebelumnya.
Dengan tindakan sanitasi tersebut diharapkan kandang  dan ayam dapat terjaga kesehatannya sehingga tingkat kematian ayam karena penyakit dapat dicegah sehingga tidak terjadi penurunan produksi.
Kegiatan sanitasi yang perlu dilakukan meliputi :
Pembersihan terhadap kotoran ayam.
 Menjaga alas kandang (litter) tetap kering.
 Pencucian terhadap tempat pakan dan air minum
 Kebersihan terhadap pakan dan air minum agar tidak tercampur dan   tercemar oleh penyakit.
 Mencucihamakan (mendesinfektant) kandang
 Membuang segera  ayam  yang  telah mati.

2.   Isolasi
Isolasi  yaitu  pemisahan ayam yang  sakit  dari yang sehat. Tujuannya untuk menghindari penularan  penyakit dari   ternak  yang  sakit  ke ternak  yang sehat dan memudahkan pengobatan.
Ayam sakit harus ditempatkan dalam kandang tersendiri atau kandang karantina yang jauh dari ayam sehat.
Kegiatan isolasi antara lain :
  Tidak memelihara ayam yang berbeda umur dalam satu kandang ternak.
 Para pengunjung atau tamu tidak diperbolehkan masuk  ke  dalam kandang
 Gudang untuk litter dan peralatan lain  ditempatkan  sejauh mungkin dari kandang.
 Menjaga  jangan  sampai burung dari luar, lalat, tikus dan  binatang lainnya dapat  masuk dan mengganggu  ayam  ayam.
 Jika   ternak   yang  diisolasi   sudah   sehat dapat dicampurkan lagi ke dalam  kandang ternak yang sehat.

3.    Vaksinasi
Vaksinasi yaitu usaha untuk memberikan kekebalan  pada ayam terhadap penyakit tertentu.  Sedangkan vaksin adalah suatu produk biologi yang berisi sejumlah mikroorganisme sebagai penyebab suatu penyakit. Vaksinasi umumnya dilakukan untuk mencegah   serangan penyakit   yang disebabkan virus.


Vaksin dapat berisii antara  lain  :
 Virus hidup (Vaksin aktif) adalah vaksin yang berisi virus hidup yang telah dilemahkan, akan tumbuh  dan berkembang biak didalam tubuh ternak.
 Vaksin mati (Vaksin inaktif) adalah vaksin yang berisi virus atau bibit penyakit
Mikroorganisme dalam vaksin akan mati apabila disimpan pada suhu panas atau terkena sinar matahari langsung. Perlu  diperhatikan  saat pengangkutan, waktu penyimpanan dalam  suhu rendah (2-8ºC) dan sampai  saat  vaksin digunakan. Ayam  hanya dapat membentuk  kekebalan  tubuh dengan dosis vaksin yang telah ditetapkan.
Kebutuhan vaksinasi   untuk   masing-masing daerah berlainan, dan pada umumnya vaksin yang diperlukan adalah vaksin ND. Vaksinasi hanya dapat dilakukan  untuk  ayam yang  sehat saja dan disesuaikan dengan  umurnya.
Program vaksinasi yang dilakukan untuk ayam kampung pedaging dengan menggunakan vaksin (aktif + inaktif) sebagai berikut :
a)    Umur 4 hari, vaksin ND IB melalui tetes dan 0.3 cc ND AI dengan injeksi dibawah kulit (Sub Cutan)
b)   Umur 12 hari, vaksin gumboro (IBD) melalui air minum.
Beberapa hal yang harus diperhatikan apabila melakukan vaksinasi melalui air minum, antara lain :
 Kosongkan tempat minum 1 – 2 jam sebelum melakukan vaksinasi atau dipuasakan.
 Bersihkan tempat minum dari segala kotoran, tetapi jangan menggunakan bahan sanitasi atau desinfektan, karena kedua  bahan tersebut dapat melemahkan  bahkan mematikan efektivitas atau aktivitas vaksin.
 Untuk membuat larutan vaksin harus digunakan air  bersih dan tempat mencampurnya dari plastik yang bersih.
 Penyimpanan dan  penggunaan  vaksin  harus hati-hati.
 Simpanlah pada suhu yang dianjurkan dan hindarkan dari panas atau sinar matahari  langsung
 Jangan menggunakan vaksin yang sudah lewat batas penggunaan atau kadaluwarsa.
 Berikan dengan dosis yang sudah ditentukan
 Bakarlah atau musnahkan semua sisa dan kemasan vaksin
 Berikan tempat minum yang cukup, sehingga semua  ayam mendapat minum.
 Bila air yang mengandung vaksin sudah habis, segera tambahkan air minum yang masih segar.
c)    Umur 36 hari, vaksin ND AI dengan injeksi intra muskular.

F.   Macam-Macam Penyakit
Berikut kami uraikan sedikit beberapa jenis penyakit yang kerap menyerang ayam kampung :
a)    Tetelo (ND)
 Penyebab : paramyxivirus
 Gejala : ngorok dan batuk-batuk, gemetaran, kepala berputar putar, kelumpuhan pada kaki dan sayap, kotoran berwarna putih kehijauan.
 Pencegahan : vaksinasi secara teratur, sanitasi kandang, terhadap ayam yang terkena ND maka harus dibakar.
 Pengobatan : belum ada
b)   Gumboro (gumboro disease)
 Penyebab : virus
 Gejala : ayam tiba-tiba sakit dan gemetar serta bulu-bulunya berdiri, sangat lesu, lemah dan malas bergerak, diare putih di sekitar anus.
 Pencegahan : vaksinasi teratur dan menjaga sanitasi kandang
 Pengobatan : belum ada
c)    Penyakit cacing ayam (worm disease)
 Penyebab : Cacing
 Gejala : pertumbuhan terhambat, kurang aktif, bulu kelihatan kusam.
 Pencegahan : pemberian obat cacing secara berkala, sanitasi kandang yang baik, penggantian litter kandang secara berkala, dan mencegah serangga yang dapat menjadi induk semang perantara.
 Pengobatan : pemberian obat cacing seperti pipedon-x liquid, sulfaquinoxalin, sulfamezatin, sulfamerazin, piperazin dan lain sebagainya
d)   Berak kapur (Pullorum)
 Penyebab : Bakteri Salmonella pullorum
 Gejala : anak ayam bergerombol di bawah pemanas, kepala menunduk, kotoran melekat pada bulu-bulu disekitar anus
 Pencegahan : mengusahakan induk terbebas dari penyakit ini, fumigasi yang tepat pada mesin penetas dan kandang
 Pengobatan : noxal, quinoxalin 4, coxalin, neo terramycyn  atau lainnya
e)    Berak darah (Coccidiosis)
 Penyebab : protozoa Eimeria sp.
 Gejala : anak ayam terlihat sangat lesu, sayap terkulai, kotoran encer yang warnanya coklat campur darah, bulu-bulu disekitar anus kotor, ayam bergerombol di tepi atau sudut kandang.
 Pencegahan : mengusahakan sanitasi yang baik dan sirkulasi udara yang baik pula atau bisa juga dengan pemberian coccidiostat pada makanan sesuai takaran
 Pengobatan : noxal, sulfaquinoksalin, diklazuril atau lainnya.

G.  Melakukan Pemanenan
Ada 4 faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan waktu pemanenan ayam  pedaging, yaitu :
a.    Bobot badan akhir
b.    Lama pemeliharaan
c.    Harga jual, dan
d.   Kesehatan ayam.
Apabila   ayam  yang dipelihara   di dalam pakannya dengan campuran atau tambahan antibiotik, maka  1 – 2 minggu sebelum dipanen hendaknya pemberian antibiotik ini dihentikan. Hal ini dikhawatirkan penggunaan antibiotik yang berlebihan  akan berpengaruh terhadap  daging ayam.  Bila daging ayam  ini dikonsumsi manusia dikhawatirkan akan terjadi penimbunan sedikit demi sedikit yang akhirnya dapat mengganggu kesehatan manusia. Meskipun sebenarnya  hal  tersebut masih sulit  untuk dibuktikan akan kebenarannya.
Pada saat ayam dipanen, ada 2 hal yang  perlu diperhatikan, yaitu cara penangkapan dan
pengangkutannya. Untuk  mendapatkan hasil yang baik ada beberapa hal yang dapat digunakan sebagai pedoman, yaitu:
  Peralatan kandang dikeluarkan terlebih dahulu, sehingga memudahkan dalam penangkapn ayam,  kemudian   kawat   sekat.
 Hindarkan perlakuan kasar
 Sebagai tempat menarik ayam sebaiknya digunakan  tempat  (krat) yang tidak  melukai ayam
 Dalam setiap  pengangkutan  hendaklah  secukupnya  saja   tidak terlalu  padat.

H. Pemasaran
Pemasaran ayam kampung pada dasarnya mudah karena disamping jumlah permintaan yang tinggi, harga ayam kampung masih tergolong tinggi dan stabil, namun produksi masih terbatas.
Ayam kampung dapat dijual dalam bentuk hidup atau sudah dipotong (karkas). Rumah tangga, pengepul ayam, pasar tradisional, warung, supermarket sampai hotel berbintang membutuhkan pasokan ayam kampung ini.








                                                                      BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
DOC ayam kampung yang sehat dan baik mempunyai kriteria sebagai berikut : dapat berdiri tegap, sehat dan tidak cacat, mata bersinar, bulu bersih dan mengkilap dan tanggal menetas tidak lebih lambat atau cepat.
Bahan pakan yang bisa diberikan antara lain : konsentrat, dedak, jagung, pakan alternatif seperti sisa dapur atau warung, roti BS, mie instant remuk, bihun BS dan lain sebagainya, terpenting dalam menyusun atau memberikan ransum adalah kita tetap memperhatikan kebutuhan nutrisi ayam kampung yaitu protein kasar (PK) sebesar 12% dan energi metabolis (EM) sebesar 2500 Kkal/kg.
Syarat kandang yang baik adalah sebagai berikut: jarak kandang dengan permukiman minimal 5 m, tidak lembab, sinar matahari pagi dapat masuk, sirkulasi udara cukup baik.
Sistem pemeliharaan pada ayam kampung bisa dilakukan dengan 3 cara yaitu : ekstensif  atau tradisional (diumbar), semi intensif (disediakan kandang dengan halaman berpagar, intensif (dikandangkan seperti ayam ras).
Menjaga kesehatan ayam kampung dapat dilakukan dengan cara melakukan pencegahan terhadap ayam agar tetap sehat dan mengobati ayam apabila terserang penyakit
Berikut kami uraikan sedikit beberapa jenis penyakit yang kerap menyerang ayam kampung : tetelo (ND), gumboro (gumboro disease), penyakit cacing ayam (worm disease), berak kapur (Pullorum), berak darah (Coccidiosis)
Format recording dapat diperoleh dari suatu industri atau perusahaan peternakan dan dapat dibuat sendiri.  Biasanya recording berisi : nama farm, penanggung jawab farm, identitas kandang, dapat berupa nama kandang atau nomor kandang, tanggal penerimaan DOC, tanggal menetas DOC, strain/jenis/galur, jumlah DOC, rata-rata berat badan (BB) DOC, waktu (minggu dan hari), jumlah populasi ayam (ayam mati, ayam hidup), jenis dan jumlah pakan yang diberikan, jenis dan dosis vitamin, obat-obatan dan vaksin yang diberikan, rata-rata BB mingguan (g/ekor), jumlah ayam yang dipanen dan rata-rata BB akhir.
Ada 4 faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan waktu pemanenan ayam  pedaging, yaitu : bobot badan akhir, lama pemeliharaan, harga jual dan kesehatan ayam.
Pada saat ayam dipanen, ada 2 hal yang  perlu diperhatikan, yaitu cara penangkapan dan pengangkutannya.
Pemasaran ayam kampung pada dasarnya mudah karena disamping jumlah permintaan yang tinggi, harga ayam kampung masih tergolong tinggi dan stabil, namun produksi masih terbatas. Ayam kampung dapat dijual dalam bentuk hidup atau sudah dipotong (karkas).
B.  Saran
Saran kami yaitu bahwa budidaya ayam kampung pedaging tidaklah sesulit seperti yang kita bayangkan.



















DAFTAR PUSTAKA