Selasa, 29 September 2015

LAPORAN GENETIKA KAMBING

I. PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
            Ternak kambing merupakan salah satu jenis ternak yang cukup digemari masyarakat, namun skala usahanya masih bersifat usaha kecil-kecilan dimana sistem pemeliharaan dan perkembangbiakannya masih secara tradisional. Sala satu kambing yang dipelihara secara tradisional yaitu  kambing perah yang merupakan komoditas baru di Indonesi yang  kemungkinan memiliki prospek pengembangan yang baik. Walaupun belum terbukti secara ilmiah, anggapan yang berkembang di masyarakat adalah bahwa susu kambing dapat menyembuhkan berbagai penyakit pernafasan, seperti asma dan TBC. Oleh karena itu permintaan cenderung semakin meningkat dan harga yang masih cukup tinggi. Di sisi lain kambing perah dapat berperan ganda sebagai peghasil susu dan daging. Dari kebutuhan investasi, usaha kambing pernah memerlukan investasi jauh lebih kecil dibandingkan dengan sapi perah dan disamping ini relatif lebih mudah dalam manajemen.
Kambing perah yang banyak dikembangkan di Indonesia umumya kambing  peranakan  Etawah (PE), yang umumnya masih lebih dominan sebagai sumber daging dibandingkan dengan sumber air susu. Susu kambing belum dikenal secara Iuas seperti susu sapi padahal memiliki komposisi kimia yang cukup baik (kandungan protein 4,3% dan lemak 2,8%) relatif lebih baik dibandingkan kandungan protein susu sapi dengan protein 3,8% dan lemak 5,0% (Sunarlim, 1992). Disamping itu dibandingkan dengan susu sapi, susu kambing lebih mudah dicerna, karena ukuran molekul lemak susu kambing lebih kecil dan secara alamiah sudah berada dalam keadaan homogen (Sunarlim, 1992). Produktivitas biologis kambing cukup tinggi, 8-28% lebih tinggi dibandingkan sapi (Devendra, 1994). Jumlah anak per kelahiran (litter size) bervariasi 1 sampai dengan 3 ekor dengan tingkat produksi susu yang melebihi dari kebutuhan untuk anaknya, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai produk komersial dan tidak mengganggu proses reproduksinya. Biaya investasi usaha ternak kambing relatif rendah dan pemeliharaannya pun jauh lebih mudah dibanding sapi.
Kambing  juga memiliki Sifat kuantitatif,  yaitu sifat yang dapat diukur dengan parameter seperti panjang badan, lingkar dada, lebar dada, tinggi pinggul, tinggi punggung, lebar pinggul, dan lain-lain. Sedangkan sifat kualitatif ternak ditentukan berdasarkan sifat–sifat yang tidak dapat diukur seperti, warna bulu, ada/tidaknya tanduk, bentuk bulu, panjang tanduk, kacamata, dan lain-lain.

B.       Tujuan
            Tujuan praktikum ini yaitu sebagai berikut :
1.    Mengetahui ciri-ciri sifat kaulitatif  pada kambing.
2.    Mengetahui ciri-ciri sifat kauntitatif  pada kambing.

C.      Rumusan Masalah
           Rumusan masalah dalam praktikum ini yaitu sebagai berikut :
1.    Apa saja ciri-ciri sifat kualitatif  yang di miliki kambing?
2.    Apa saja ciri-ciri sifat kuantitatif  yang di miliki kambing?

D.      Manfaat
            Manfaat paraktikum ini yaitu sebagai berikut :
1.    Mengetahui ciri-ciri sifat kualitatif  yang di miliki kambing.
2.    Mengetahui ciri-ciri sifat kuantitatif  yang di miliki kambing.









II. TINJAUAN PUSTAKA
A.      Kambing Peranakan Etawa
Kambing PE merupakan hasil kawin antar (grading-up) antara kambing Kacang dengan kambing Etawah, sehingga mempunyai sifat di antara tetuanya (Atabany, 2001).
Menurut Devendra dan Burns (1994) persilangan kambing PE telah dilakukan sejak kurang lebih 80 tahun lalu dengan tujuan memperbaiki mutu kambing local dan sekarang keturunannya sudah mampu beradaptasi dengan lingkungan  Indonesia. Jenis kambing PE bentuk fisiknya lebih mirip dengan kambing Etawah,  jika bentuk fisiknya lebih mendekati kambing Kacang dan ukurannya lebih kecil maka disebut kambing Bligon atau lebih dikenal dengan nama Jawarandu. Performa kambing PE diantaranya yaitu bobot badan kambing PE jantan 35-40 kg  dan betina 30-35 kg (Ludgate, 1989).
Lembah Gogoniti Farm (2008), performa kambing PE yaitu badan besar, tinggi gumbal pada jantan 90-110 cm, sedangkan betina 70-90 cm. Bobot badan hidup jantan adalah antara 65-90 kg, untuk betina 45-70 kg. Panjang badan pada ternak jantan yaitu antara 85-105 cm, sedangkan untuk betina 65-85 cm. mempunyai kepala yang tegak dengan garis profil tubuh melengkung, dengan tanduk mengarah kebelakang dan ujung sedikit melingkar serta telinga lebar menggantung panjang terkulai, lembek serta melipat kedalam pada ujungnya.  Panjang telinga pada jantan adalah antara 25-41 cm, sedangkan untuk betina 8-14 cm. Bentuk muka adalah cembung dan dagu berjanggut serta terdapat gelambir di bawah leher. Warna bulu pada umumnya dominan putih dengan belang hitam, coklat, coklat totol putih atau hitam totol putih.

B.       Sifat Kualitatif
              Tahapan karakterisasi ternak yang pertama kali dilakukan adalah dengan menggunakan karakteristik genetik eksternal. Tahapan ini meliputi sifat kualitatif dan kuantitatif ternak. Sifat kualitatif adalah sifat yang dapat dideskripsikan dimana individu-individu dapat diklasifikasikan ke dalam satu, dua kelompok atau lebih dan pengelompokan itu berbeda jelas satu sama lain. (Kumnirdpetch, 2002).
Warwick et al. (1995) mengatakan bahwa sifat kualitatif dikendalikan oleh satu atau beberapa gen dan sedikit atau tidak sama sekali dipengaruhi oleh lingkungan, sehingga variasi genetik juga menunjukkan variasi sifat kualitatif. Karakteristik genetik eksternal dapat netral, bermanfaat atau merugikan, tergantung pada lingkungan ternak itu dipelihara.
Sedangkan sifat kualitatif bangsa ternak ditentukan berdasarkan sifat –sifat yang tidak dapat diukur seperti, warna kuliat, bentuk tubuuh, glambir, tanduk, gumba, dan lain-lain. Berdasarkan identifikasi terhadap konformasi(bentu) dan konstitusi(susunan) umur ternak dapat untuk menyatakan tipe bangsa ternak sebagai petunjuk sejenis dan umur produksi, lama dan siklus hidup dan lain-lain (Wahyuda, 2013).

C.      Sifat Kuantitatif
Sifat kuantitatif adalah sifat yang dapat diukur, sifat kuantitatif dipengaruhi oleh banyak pasangan gen dan sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Karakterisasi sumber daya genetik sangat penting dilakukan. Karakterisasi dapat dilakukan dengan mengamati sifat-sifat fenotipe pada metabolisme protein darah, karakterisasi molekuler dan karyotipe (Kumnirdpetch, 2002). Identifikasi dari karakterisasi merupakan persyaratan awal untuk melakukan karakterisasi dan pemanfaatan sumber daya genetik (Weigend dan Romanoff, 2001).








III. METODOLOGI PRAKTIKUM
A.      Waktu dan Tempat
     Praktikum ini dilaksanakan  pada hari Sabtu, tanggal 1 Oktober 2014 pukul 16.00  WITA sampai selesai, bertempat di Kandang Pesantren Hidayatullah

B.       Alat dan Bahan
Alat dan kegunaan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat dan Kegunaan yang digunakan pada praktikum sifat kualitatif dan kuantitatif pada kambing.
Nama Alat
 Kegunaan
Pulpen
Sebagai alat untuk menulis
Buku
Sebagai alat untuk tempat menulis.
Meteran
Sebagai alat untuk mengukur.
Tongkat ukur
Sebagai alat ukur


Bahan dan kegunaan yang digunakan dalam praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Bahan dan kegunaan yang digunakan pada praktikum sifat kualitatif dan kuantitatif pada kambing.
Nama Bahan
Kegunaan
1.     kambing  jantan
         Sebagai bahan pengamatan
Kambing betina
         Sebagai bahan pengamatan











C.      Cara kerja
Adapun cara kerja dalam praktikum ini yaitu sebagai berikut :
1.    Membawa alat
2.    Mengamati ciri-ciri yang di miliki kambing
3.    Mengukur panjang badan, lingkar bada,  leber dada, tinggi pinggul, tinggi punggug, lebar pinggul, pada kambing.
4.    Mencatat hasil pengamatan
5.    Membuat laporan




























IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.      Hasil pengamatan
Hasil  pengamatan  sifat  kualitatif  pada kambing  dapat di lihat  pada Tabel 3.
Tabel 3. Karakteristik ternak ayam berdasarkan sifat kualitatif
No
JenisTernak
Karateristik Ternak Kambing
Warna bulu
ada/tidak tanduk
Bentuk bulu
Panjang tanduk
kacamata
1
kambing 1
coklat-hitam
Ada
Kasar
pendek
tidakada
2
kambing 2
Putih
Ada
Halus
pendek
Ada
3
kambing 3
putih-hitam
Ada
Kasar
panjang
tidakada
4
kambing 4
Hitam
Ada
Halus
pendek
tidakada
5
kambing 5
Hitam
Ada
Halus
pendek
Ada
6
kambing 6
Putih
Ada
Halus
panjang
Ada
7
kambing 7
Hitam
Ada
Kasar
pendek
tidakada

Hasil pengamatan sifat kuantitatif  pada ayam kampung dapat di lihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Karakteristik ternak ayam berdasarkan sifat kuantitatif
No
Karakteristik ternak kambing
Jenis kambing
rata-rata
kambing 1
kambing 2
kambing 3
1
      Panjang badan
42
75
61
59,33
2
      lingkar dada
74
78
65
72,33
3
      lebar dada
20
21
16
19
4
      Tinggi pinggul
74
77
70
73,67
5
      Tinggi punggung
61
76
66
67,667
6
      Lebar pinggul
20,5
21
18
19,5






B.       Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan sifat kualitatif dan sifat kuantitatif pada ternak kambing terdapat hasil yang berbeda. Pada pengamatan sifat kualitatif terdapat lima karakteristik  seperti warna bulu, ada atau tdak adanya tanduk, bentuk bulu, panjang tanduk, dan kaca mata. Pada pengamatan ini ada tujuh ekor kambing yang diamati. Sedangkan untuk pengamatan sifat kuantitatif terdapat enam karakteristik  yaitu : panjang badan, lingkar dada, lebar dada, tinggi pinggul, tinggi punggung, lebar pinggul.  Pada pengamatan ini ada tiga ekor kambing yang diamati.
Pada pengamatan sifat kualitatif terdapat hasil yang berbeda seperti, warna bulu pada kambing  satu yaitu coklat hitam, pada kambing dua yaitu putih, pada kambing tiga yaitu  putih hitam, pada kambing empat memiliki warna bulu yaitu hitam, untuk kambing lima memiliki warna bulu hitam,  sedangkan pada kambing ke enam yaitu memiliki bulu berwarna hitam putih, kambing tujuh memiliki warna bulu hitam. Hal ini terjadi di karenakan perbedaan gentik  antara kambing 1. 2, 3, 4, 5, 6, 7. Hal ini sesuai dengan pendapat (Warwick, et al, 1995) menyatakan bahwa Sifat kualitatif lebih banyak diatur oleh genotip individu, sehingga faktor lingkungan pada umumnya tidak berpengaruh atau kecil sekali peranannya.
Sedangkan pada pengamata sifat kuantitatif terdapan hasil berbeda pula. Untuk pengamatan pada kambing pertama, kedua, dan ketiga. Pada pengamatan  panjang badan memiliki nilai rata-rata 59.33 cm, lingkar dada memiliki nilai rata-rata 72.33 cm, lebar dada memiliki nilai rata-rata 19 cm, tinggi penggul memiliki nilai rata-rata 73.67 cm, tinggi penggung memiliki nilai rata-rata 67.667 cm, sedangkan untuk lebar pinggul memiliki nilai rata-rata 19.5 cm. Hal ini terjadi di karenakan faktor genetik, lingkungan dan cara pemeliharaan. Hal ini sesuai dengan pendapat (Noor, 2008)  Menyatakan bahwa Sifat kuantitatif dikontrol oleh banyak pasang gen yang aksinya bersifat aditif Pengaruh tiap alel terhadap sifat kuantitatif relative kecil. Sifat kuantitatif  banyak di pengaruhi oleh faktor lingkungan seperti makanan dan pemeliharaan.                                                           

V. PENUTUP
A.  Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini  yaitu sebagai berikut :
1.     ciri-ciri sifat kualitatif pada kambing yaitu, warna bulu, ada/tidak tanduk, bentuk bulu, panjang tanduk, kacamata.
2.    ciri-ciri sifat kuantitatif pada kambing yaitu : Untuk pengamatan pada kambing pertama, kedua, dan ketiga. Pada panjang badan memiliki nilai rata-rata 59.33 cm, lingkar dada memiliki nilai rata-rata 72.33 cm, lebar dada memiliki nilai rata-rata 19 cm, tinggi penggul memiliki nilai rata-rata 73.67 cm, tinggi penggung memiliki nilai rata-rata 67.667 cm, sedangkan untuk lebar pinggul memiliki nilai rata-rata 19.5 cm.
           
B.   Saran
            Sebaiknya sebelum praktikum dilaksanakan terlebih dahulu dijelaskan bagaimana cara-cara pengukur agar ketika praktikum para praktikan tidak bingung ketika melakukan pengukuran.
           









DAFTAR PUSTAKA

Atabany, 2001. Biochemical Reactions in Fish Muscle During Frozen Storage.Canada: Fishing News Books.

Devendra dan Burns, 1994. Perubahan nilai pH postmortem daging kambingi yangdipotong dengan menggunakan restraining box [Skripsi]. Bogor:
Kumnirdpetch, V. 2002. State of thai animal genetic resources. Paper. Presented at 7th World Congress of Genetic Applied Livestock Production. August 19-23, 2002 Monpelier, France.

Lembah Gogoniti Farm 2008. Reference methods for the assessment of physicalcharacteristics of meat. Meat Sci 49:447-457uxley HE. 1960. The Cell. New York: Academic Pr.Kauffman RG, Eikelenbloom G, van der Wal PG, Engel B, Zaar M. 1986. Acomparison of methods to estimate water holding capacity in postrigor porcinemuscle. Meat Sci 18:307-322.

Noor, R. R. 2008. Genetika Ternak. Cetakan keempat. Penebar Swadaya, Jakarta.

Nishida, T., K. Nozawa., Y. Hayasi., T. Hashiguchi and S.S. Mansjoer. 1982. Body measurement and analis on exsternal genetic characters of Indonesian native fowl. The Origin and Phylogeny of Indonesian Native Livestock. III : 73-83

Ludgate, 1989. Electrical stunning and meat quality of veal calves. Di dalam:27th European Meeting of Meat Research Workers. Proceedings Vienna.

Sunarlim, 1992 Strategi Pemanfaatan Plasma Nutfah Kambing Lokal Dan Peningkatan Mutu Genetik Kambing di Indonesia. Balai Penelitian Ternak,Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor.
Warwick, et al, 1995. Pemuliaan Ternak. Gadjah Mada University Press., Yogyakarta.
Wahyuda, Ahmat Farit R. 2013. Kuantitatif dan Kualitatif. (Online).    (hhtp//www.kuantitatifdankualitatif.com). Diakses pada tanggal 8 November 2014. Kendari.



LAMPIRAN






















1 komentar:

  1. The 5 Best Slots Of All Time - JTM Hub
    It was one of 용인 출장안마 the top 3 slot machine titles 태백 출장마사지 of that time period 문경 출장안마 and had it 광주광역 출장안마 come second for the slots category 정읍 출장마사지 at the time. The game was named the best game

    BalasHapus